Welcome to Almubarok

Welcome to Almubarok
KH.Zakaria dan Istri bersama Habib Luthfi bin Yahya

Selayang Pandang


Pondok pesantren dirintis dan dibangun oleh Almaghfurlahu ayahanda Kiai Anshor bin Abd Lathif Bin Sayir Bin Hasan. Berawal dari satu dua santri hingga kemudian bertambah banyak yang kemudian membawa konsekwensi memikirkan sarana prasarana termasuk bangunan asrama dan sebagainya. Bagi beliau yang telah memasuki ajaran thoriqoh yang cenderung ke dunia tasawuf menitik beratkan serta mencurahkan segenap pikiran dan perhatian dalam rangka memajukan pesantren, selain itu selalu terbayang hisab pertanggungjawaban kelak pada yang kuasa.
Demikian pula dalam pendidikan, langkah antisipasi pada perkembangan santri lebih dikedepankan dengan menjaga sedini mungkin dari hal-hal yang bisa berdampak negatip pada santri. Kitab-kitab yang diajarkan pada para santri benar-benar diseleksi agar tdak merusak tatanan. seperti halnya ilmu mantiq dan ushul fiqih yang sengaja tidak diajarkan pada santri. Bukan karena tidak mampu karena beliau dalam dua hal itu justru menonjol, namun lebih karena pertimbangan bahwa dua ilmu itu memiliki potensi negatip yang tinggi sehingga santri menjadi senang main otak-atik hukum mengikuti kemauan sendiri dan gemar melakukan mujadalah yang terkadang tak berujung pangkal.. Begitulah diskripsi singkat pondok pada era pendiri yang kemudian berkembang dan mengalami peningkatan hingga kemudian ushul fiqih dan materi manteq juga diajarkan.

Jumlah keseluruhan Warga Ponpes Al Mubarok berkisar 678 naik turun meliputi :

a. Santri aktif pengajian pagi : 200 Orang

b. Santri aktif diniyyah putra ; 150 Anak

c. Santri putri : 200 Anak

d. Santri mukim : 70 Orang

e. Jumlah guru : 28 Orang

f. Jumlah kepengurusan yayasan : 30 Orang

Jumlah ; 678 orang

Sebaran Alumni

Komunitas alumni dan wali santri yang tersebar di berbagai daerah yang rata-rata memiliki komunitas santri baik yang kecil ataupun yang besar di lingkungannya.

Berawal dibangun secara manual dengan kunjungan terbatas keluarga ke tempat alumni maupun wali santri, yang kemudian diikuti oleh pemuda lingkungan pesantren secara serempak menuju daerah-daerah alumni uantuk sekedar reuni atau kangen-kangenan, misalnya ada momen tertentu seperti perkawinan, khitanan anggota keluarga dll.

Dari langkah yang setahap demi setahap membuahkan hasil, mereka mendeklarasikan ikatan alumni dengan kegiatan rutin selapanan dan tahunan. Untuk kegiatan selapanan biasanya bertempat di pesantren dengan agenda pembacaan kitab Fathul Qorib oleh pengasuh. Sedang kegiatan tahunan bergilir dari satu daerah ke daerah lain setiap tanggal 9 Syawal dengan format halal-bihalal.

Di beberapa daerah mengikuti perkembangan yang terjadi di pesantren dengan membentuk jama’ah-jama’ah rotib kubro yang dlakukan seminggu sekali. misalnya Petarukan kabupaten Pemalang, Simpar Bandar kabupaten Batang, Jatingarang hingga berkembang ke komunitas lingkungan santri di Jakarta. Keanggotaan jama’ah menyatu dengan masyarakat lingkungan, biasanya mereka bertindak sebagai motivator atau sesekali memberikan taushiyah. Dengan demikian komunikasi itu terbentuk bukan hanya dengan alumni tetapi juga dengan lingkungan masyarakat sekitar alumni.

Dari kalangan alumni itu telah banyak yang menjadi corong-corong di masyarakat. Sebagian telah memiliki pesantren seperti K Sholeh Ahmad kalirandu, Lembaga pendidikan formal seperti K Hasan Asy’ari Jatingarang Bodeh Pemalang dan banyak lagi yang membangun dan memempin lembaga pendidikan agama seperti madrasah diniyyah, TPQ, maupun yang majlis ta’lim baik di wil karesidenan Pekalongan maupundaerah lain bahkan diluar jawa seperti yang di Sumatra dan Kalimantan.